Setiap pementasan adalah hasil dari proses panjang—membaca, berlatih, membangun, dan merasakan. Di atas panggung, kami belajar menyampaikan suara, menyusun makna, dan menghadirkan kehidupan dari naskah yang diam. Di halaman ini, tercatat seluruh produksi yang pernah kami jalani—baik di ruang kompetisi, pentas utama, maupun karya kolaboratif. Inilah jejak yang kami tinggalkan, dan pijakan yang terus kami perbarui. Untuk saat ini, daftar yang ditampilkan mencakup kurun waktu sepuluh tahun terakhir, sebagai batas arsip yang masih dapat kami akses dengan utuh.
Disutradarai oleh Muhammad Fachri Azis
Ditulis oleh Aftah Amarroky
Maya menerima pesan dari akun anonim di media sosial. Pesan itu mendorongnya untuk bicara soal perundungan yang ia alami. Videonya viral, pelaku dihujat, dan publik berpihak. Namun di tengah perhatian, Maya mulai meragukan langkahnya—apakah ini keadilan, atau hanya bentuk balas dendam baru? Dunia Maya membahas dampak sosial media terhadap cara kita memperjuangkan suara dan membentuk kebenaran.
Nathania Rachel Lumban Batu sebagai Maya, RA Rahma Afifah sebagai Anonim, Diny Lintang Suminar sebagai Ibu, Azrul Tanzilal Hakim sebagai Guru, Romadhoni Gilang Sumpono Putera sebagai Julian dan Anpanman, Abyan Radja sebagai Ridwan, Rino Nauval Nail sebagai Risky, Lyra Zulaika Fahrani sebagai Sofia, Zefania Putri sebagai Layla, Giorgyana Auly sebagai Qory, Prissila Juliana Larasati sebagai Vina, Nazwa Putri Mahira sebagai Dila, Jelita Dwi Salsabila sebagai Bella, Talitha Shaina Anezka sebagai Matcha Lovers, Afqa Safiandra Putri, Dhania Ramadhani, Sefriana Wulan Dari sebagai Siswa dan Netizen, Laura Zaskia, Nyai Raden Salsabiila Ramadina Fatimah, Azqa Safriandra Putri, Roby Wirya Winata, Mutiara Talenta Salsabila, Aldi Ridwan, Ridho Satria Darmawan, Tegar Permata Islami Putra Priyanto, Nathanael Agustinus Situmeang, Fatkhul Lutfy, Markus Daelton Butar Butar, Andina Nathania Ockatuli Siagian, Zein Albani Gaza, dan Amelia Kasih Putri Ramadhani sebagai Netizen.
Disutradarai oleh Muhammad Nur Hamim & Atthiya Nadiffa N.
Disadur oleh Aftah Amarroky
Rumpang mengisahkan kepulangan Ayah setelah 15 tahun meninggalkan keluarga, yang justru memicu konflik di rumah. Ratih, anak sulung yang tumbuh dalam luka, menolak kehadirannya, sementara adik-adiknya justru ingin memeluk kembali sosok yang tak pernah mereka kenal. Di tengah pertentangan itu, sang Ibu dihadapkan pada pilihan: mengingat luka lama atau membuka ruang maaf.
RA Rahma Afifah sebagai Ratih, Giorgyana Auly sebagai Tina (Ibu), Azrul Tanzilal Hakim sebagai Raden Saleh (Ayah), Jelita Dwi Salsabila sebagai Sekar, Nathania Rachel Lumban Batu sebagai Asih, Khairunnisa sebagai Ratih Kecil, Zefania Putri sebagai Rachel, Talitha Shaina Anezka sebagai Wati, Amelia Putri sebagai Sinta, Sri Handayani sebagai Rina, dan Diny Lintang Suminar sebagai Sarah.
Disutradarai oleh Elsa Firanty Wibowo, Manzil Al-Faiz Barkah & Muhammad Fachri Aziz
Ditulis oleh Aftah Amarroky
Toha, seorang penggali kubur mendapat kabar duka bahwa istri seorang mantan Dukun meninggal dengan tragis dan berencana akan ditumpuk makamnya di makam almarhum suaminya. Hari mulai gelap, namun jenazah belum bisa dikuburkan karena menunggu kedatangan keluarga dari kampung. Sementara itu, kuburan yang sudah tergali dan terbuka itu menjadi saksi berbagai kejadian aneh yang menyelimuti Toha pada malam hari itu.
M. Fakhri dan Vito Ardiyanto sebagai Toha, Aulia sebagai Mumun, Fatih Rizqullah dan Zaky sebagai Dani, Ilhan sebagai Entong, Tiara Hannyza sebagai Rahma, Nabila Ulfaira dan Veli sebagai Laras, Amel sebagai Leha, M. Nur Hamim Hamim sebagai Kartono, Shintya Annisa sebagai Pemesu Pralina, Azizah, Fatiha Aurelia, Atthiya, Khairunisa, Nurul Aini, Amelia, Viranty Putri, dan Risty Annisa sebagai Wadua Pralina, serta Rivardi, Dedava Audy, Rashika Khansa, Devita Putri, Gelda Audrey, Riska Meilani, Diva, Silvia Utami, Khairunisa, dan Nurul Aini sebagai Warga.
Disutradarai dan ditulis oleh Aftah Amarroky & Muhammad Fachri Aziz
Di sebuah desa Sunda yang tenang, warganya hidup dalam harmoni meski berasal dari latar belakang berbeda. Sebagian dari mereka masih percaya pada mitos-mitos lama, sementara yang lain menganggapnya sebagai cerita belaka. Ketika Laras, seorang peneliti muda dari kota, datang dan meminta izin tinggal sementara untuk melakukan penelitian. Para warga awalnya menyambut Laras dengan hangat, hingga keadaan berubah setelah Laras datang. Keadaan seperti apa Menyenangkan? Semakin tentram? Atau mungkin sebaliknya?
Gabriela sebagai Lilis, Hannyza sebagai Sulis, Vina sebagai Susi, Fatih sebagai Asep, Atthiya sebagai Neneng, Dwi sebagai Mega, Veli sebagai Laras, Bella sebagai Ceu Ntin, Elsa sebagai Ceu Saroh, Shella sebagai Ceu Kokom, Resti sebagai Mpo Indun, Aldila sebagai Ceu Odah, Fatihah Aurelia sebagai Lela, Rafly sebagai Ujang, Rivardi sebagai Dadang, Aisyah sebagai Asih, dan Faira sebagai Bu Kades
Disutradarai dan ditulis oleh Aftah Amarroky
Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, sebuah kampung sederhana harus tergusur demi proyek jalan tol. Meski dijanjikan kompensasi, warga menolak—karena tanah itu bukan sekadar tempat tinggal, tapi ruang hidup yang mereka pelihara selama bertahun-tahun. Penolakan ini menimbulkan tekanan tak kasat mata melalui isu teror bom yang sengaja disebarkan untuk menciptakan ketakutan. Ancaman itu bukan soal ledakan fisik, melainkan kekuasaan yang memaksa warga memilih antara bertahan atau meninggalkan rumah mereka. Akankah mereka tetap bertahan mempertahankan kampungnya, ataukah akhirnya harus menyerah dan meninggalkannya?
Arsyian sebagai Jaki, Aisyah sebagai Fatimah, Faris sebagai Ais, Jihan sebagai Pejabat, Khadafi sebagai Pak RT, Aini sebagai Ajudan 1, Elsa sebagai Ajudan 2, Veliana sebagai Arum, Bella sebagai Nyak Ripah, Chandra sebagai Banci, Hamim sebagai Bencong, Eri sebagai Lekong, Hendy sebagai Mamat, Dylan sebagai Sohilin, Ruly sebagai Karto, Tiara sebagai Lala, Dwi sebagai Lulu, Putri sebagai Ibu Jaki, Tsania sebagai Ibu Fatimah, Vina sebagai Presenter, dan Hayya, Riri, Jasmine, Aqsha, Aulia, Nafida sebagai Warga.
Disutradarai dan ditulis oleh Muhammad Fachri Aziz
Beberapa santriwati dan santriwan yang sedang menimba ilmu sekolah menengah pertama di pondok pesantren. Putri ialah santriwati yang sangat pintar dan slalu mendapatkan pujian dari umi, abi maupun ustad/ustadzah yang mengajar di sana. Suatu hari datang santriwati baru bernama Sandra dengan kemauan sendiri masuk pesantren.
Setelah kehadiran Sandra semua perhatian teruju kepadanya mulai dari teman sampai pengajar di sana dan Putri pun merasa kecewa saat umi memberikan tasbih yang cantik ke Sandra. Akankah posisi Putri tergantikan?
Veli sebagai Putri, Shella sebagai Sandra, Aisyah sebagai Nisa, Elsa sebagai Dinda, Dwi sebagai Zahra, Bella sebagai Umi, Faris sebagai Abi, Aini sebagai Ustadzah Fatmah, Eri sebagai Ustad Ilham, Dylan sebagai Kang Asep, Hamim sebagai Ahmad, Ridwan sebagai Adit, Chandra sebagai Surya, Gibran sebagai Zaki, Arsyian sebagai Papa Sandra, Tsani sebagai Mama Sandra, Tania sebagai Emaknya Nisa, Dilla sebagai Adiknya Nisa, Resti sebagai Uminya Zahra, Widya sebagai Mama Dinda, dan Iyan sebagai Dijah.